Beranda | Artikel
Kisah Nikmatnya Berteman al-Quran di Hari Tua – Syaikh Abdurrazzaq al-Badr #NasehatUlama
Senin, 6 Mei 2024

Penulis mengatakan — bisa juga diambil faedah lain dari hadis ini bahwa orang yang dipanjangkan umurnya oleh Allah hendaknya memperbanyak membaca al-Quran. Hendaknya ia memperbanyak membaca al-Quran dan memfokuskan diri dengan al-Quran.

Beberapa hari yang lalu, aku bertemu dengan salah satu ahli ibadah yang sudah tua, —demikian aku menilainya, dan Allah yang benar Menilainya— Beliau mengatakan, “Saya akan mengatakan sesuatu kepada Anda yang mungkin akan membuat Anda mengkritik saya karenanya… Saya dulu tidak belajar baca tulis… Kami hidup dalam kehidupan yang sulit dan harus bekerja… Aku tidak belajar, tapi di akhir-akhir usia saya… —dia sekarang sudah atau mendekati usia 90 tahun— di akhir-akhir usia saya, saya mulai bisa membaca…Saya sekarang bisa membaca al-Quran walau dengan susah payah…Namun jika Anda mendengar, saya punya banyak kekeliruan dalam membaca…Saya punya banyak kekeliruan dan terbata-bata dalam membaca…Namun, alhamdulillah, alhamdulillah, tidaklah saya melewatkan…10 hari kecuali saya sudah mengkhatamkan al-Quran…Tidaklah saya melewatkan 10 hari kecuali aku sudah mengkhatamkan al-Quran.”

Lalu dia berkata, “Berilah saya masukan…”Ketika dia maju dan meminta maaf, kemudian bertanya dengan berkata,”Apakah ini boleh aku lanjutkan, begini ini?” Aku jawab bahwa Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bersabda, “Orang yang mahir membaca al-Quran akan bersama para utusan (malaikat) yang mulia lagi baik. Adapun orang yang kesulitan dan terbata-bata membaca al-Quran, maka baginya dua pahala dalam bacaannya itu.” (HR. Muslim)

Karunia Allah itu luas, dan ini termasuk anugerah, ketika orang yang sudah tua bisa memfokuskan diri dengan mushaf, dengan membaca, menadaburi, dan juga memperbanyak amal, ketika disebutkan istigfar, tasbih, tahmid, atau amalan-amalan lain, ia memperbanyak amalan tersebut. Maka, sungguh elok jika dia fokus dengan al-Quran. Jadi, di antara inti hadis ini adalah memfokuskan diri dengan al-Quran, apalagi di akhir-akhir umur, hendaknya seseorang meluangkan waktu yang banyak dan lama untuk menelaah Firman Allah dan membaca mushaf. Demikian.

Jika dia tidak mampu membaca, karena sudah lemah atau hilang penglihatannya, maka sekarang sudah muncul kenikmatan baru, yaitu mendengar, mendengarkan murotal al-Quran. Mendengarkan murotal al-Quran juga penting. Termasuk bimbingan Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam adalah mendengarkan al-Quran. Beliau menyuruh salah seorang sahabat untuk membaca dan beliau mendengarnya. Beliau ʿAlaihiṣ Ṣalawātu was Salām membaca dan mendengar al-Quran. Jadi, seseorang hendaknya banyak mendengarkan al-Quran, dan hal ini, alhamdulillah, sekarang amat mudah, yang tidak semudah ini di masa-masa yang lalu. Demikian.

====


قَالَ الْمُصَنِّفُ — يُمْكِنُ أَيْضًا يُسْتَظْهَرُ مِنْ هَذَا أَيْضًا فَائِدَةٌ أُخْرَى أَنَّ مَنْ فَسَحَ اللهُ لَهُ فِي الْعُمْرِ أَنْ يُكْثِرَ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ أَنْ يُكْثِرَ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَأَنْ يُقْبِلَ عَلَى الْقُرْآنِ

قَبْلَ أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ اِلْتَقَيْتُ بِأَحَدِ كِبَارِ السِّنِّ مِنَ الْعُبَّادِ أَحْسَبُهُ وَاللهُ حَسِيبُهُ قَالَ: سَأَقُولُ لَكَ كَلَامًا رُبَّمَا تَنْتَقِدُنِي فِيهِ أَنَا مَا تَعَلَّمْتُ الْقِرَاءَةَ وَلَا تَعَلَّمْتُ الْكِتَابَةَ عِشْنَا فِي حَيَاةٍ يَعْنِي شِدَّةٍ وَحَاجَةٍ لِلْعَمَلِ فَمَا تَعَلَّمْتُ لَكِنْ فِي آوَاخِرِ عُمْرِي هُوَ الْآنَ فِي التِّسْعِيْنَ أَوْ يُقَارِبُ التِّسْعِيْنَ فِي آوَاخِرِ عُمْرِي بَدَأْتُ أَقْرَأُ وَأَنَا الْآنَ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ بِصُعُوبَةٍ لَكِنْ لَوْ تَسْمَعُ عِنْدِيِ أَخْطَاءٌ فِي الْقِرَاءَةِ عِنْدِيِ أَخْطَاءٌ فِي الْقِرَاءَةِ وَأَتَتَعْتَعُ فِي الْقِرَاءَةِ لَكِنْ الْحَمْدُ لِلهِ الْحَمْدُ لِلهِ مَا يَمَرُّ عَلَيَّ عَشْرَةُ أَيَّامٍ إِلَّا أَخْتِمُ الْقُرْآنَ مَا يَمَرُّ عَلَيَّ عَشْرَةُ أَيَّامٍ إِلَّا أَخْتِمُ الْقُرْآنَ

وَيَقُولُ: تَنْتَقِدُنِي لَمَّا يُقَدِّمُ وَيَعْتَذِرُ ثُمَّ يَسْأَلُ يَقُولُ هَلْ هَذَا يَعْنِي أَسْتَمِرُّ عَلَيهِ هَذَا؟ قُلْتُ: النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ الْكِرَامِ السَّفَرَةِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَعَلَيْهِ شَاقٌّ وَيَتَتَعْتَعُ بِهِ فَلَهُ فِيْهِ أَجْرَانِ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

فَفَضْلُ اللهِ وَاسِعٌ وَهَذِهِ مِنَ النِّعَمِ أَنْ يُقْبِلَ كَبِيرُ الْسِّنِّ عَلَى الْمُصْحَفِ يَقْرَأُ وَيَتَأَمَّلُ وَأَيْضًا يَزْدَادُ فِي الْعَمَلِ إِذَا جَاءَ الْاِسْتِغْفَارُ إِذَا جَاءَ التَّسْبِيحُ إِذَا جَاءَ الْحَمْدُ إِذَا جَاءَ غَيْرُهَا مِنَ الْأَعْمَالِ يَسْتَكْثِرُ الْأَعْمَالَ فَمِنْ خَيْرٍ لَهُ أَنْ يُقْبِلَ عَلَى الْقُرْآنِ فَمِنْ فُؤَادِ هَذَا الْحَدِيثِ الْإِقْبَالُ عَلَى الْقُرْآنِ وَلَا سِيَّمَا فِي أَوَاخِرِ الْعُمْرِ لِيَجْعَلَ لَهُ حَظَّا وَافِرًا كَبِيرًا مِنَ النَّظَرِ فِي كَلَامِ اللهِ وَالْقِرَاءَةِ فِي الْمُصْحَفِ نَعَمْ

وَإِذَا كَانَ مَا يَسْتَطِيعُ الْقِرَاءَةَ لِضَعْفِ الْبَصَرِ أَوْ عَدَمِ وُجُودِ الْبَصَرِ فَفِيهِ نِعْمَةٌ الْآنَ اسْتَجَدَّتْ وَهِيَ السَّمَاعُ سَمَاعُ الْقُرْآنِ وَسَمَاعُ الْقُرْآنِ أَيْضًا مُهِمٌّ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَدْيِهِ سَمَاعُ الْقُرْآنِ كَانَ يَأْمُرُ بَعْضَ أَصْحَابِهِ يَتْلُو وَيَسْمَعُ يَتْلُو وَيَسْمَعُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فَيَسْمَعُ الْقُرْآنَ بِكَثْرَةٍ وَهَذِهِ الْآنَ الْحَمْدُ لِلهِ يَعْنِي تَيَسَّرَتْ وَلَمْ تَكُنْ مُتَيَسِّرَةً فِي أَوْقَاتٍ مَاضِيَةٍ نَعَمْ


Artikel asli: https://nasehat.net/kisah-nikmatnya-berteman-al-quran-di-hari-tua-syaikh-abdurrazzaq-al-badr-nasehatulama/